Insiden Saat Upacara 17 Agustus, Arogansi Protokoler Padang Pariaman Tuai Kecaman

Insiden Saat Upacara 17 Agustus, Arogansi Protokoler Padang Pariaman Tuai Kecaman

Padang Pariaman,- rilisberita.com // Upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang seharusnya menjadi momen kebanggaan dan kehormatan bagi seluruh rakyat, justru diwarnai dengan insiden yang tidak menyenangkan di halaman Kantor Bupati Padang Pariaman pada Sabtu, 17 Agustus 2024.

Seorang pegawai protokoler berinisial “Risv” diduga bersikap arogan dengan menghalangi tugas wartawan yang tengah meliput jalannya upacara.

Insiden bermula ketika Yenni Laura, Pimpinan Redaksi Media Online Sumbar Today, bersama timnya tengah melakukan peliputan di lokasi tersebut.

Ketika Yenni mengambil posisi untuk memotret momen penting, “Riska” menegurnya dengan nada yang kurang bersahabat, meminta agar tidak mengambil foto dari tengah lapangan.

Menanggapi teguran tersebut, Yenni Laura menjelaskan bahwa dirinya sudah memahami aturan peliputan dan tidak mungkin melanggar protokol yang ada.

“Ini upacara resmi, tentu saja saya tidak akan mengambil foto dari tengah lapangan ketika acara berlangsung. Lagipula, tidak ada larangan di lokasi yang menyatakan dilarang memotret,” ujar Yenni Laura.

Namun, sikap “Riska” yang terkesan arogan dan kurang profesional memicu ketegangan antara keduanya. Yenni Laura, yang merasa tersinggung oleh teguran tersebut, akhirnya terlibat adu mulut dengan “Riska”.

Perdebatan semakin memanas ketika “Riska” diduga menyalahkan kinerja Diskominfo Padang Pariaman yang dianggapnya tidak pernah bekerja sama dengan Humas Protokoler dalam mengatur peliputan wartawan.

Sikap “Riska” tidak hanya menuai kritik dari Yenni Laura, tetapi juga dari beberapa wartawan lain yang turut hadir meliput upacara tersebut. Eva dan Yuzal, dua wartawan yang berada di lokasi, menyampaikan kekesalan mereka atas sikap “Riska” yang dinilai sombong dan merendahkan profesi wartawan.

“Ini bukan pertama kalinya ‘Riska’ bersikap arogan kepada wartawan. Banyak dari kami yang merasa kecewa dengan perilakunya yang tidak menghargai tugas jurnalistik,” ungkap Eva dengan nada kesal.

Yuzal menambahkan, “Sebagai protokoler, seharusnya ‘Riska’ lebih memahami pentingnya peran media dalam menyampaikan informasi kepada publik. Bukan malah menghalangi tugas kami yang hanya berusaha untuk memberitakan acara penting ini.” imbuhnya.

Insiden ini menimbulkan keprihatinan di kalangan jurnalis yang bertugas di wilayah Padang Pariaman. Mereka berharap agar pihak berwenang, khususnya Pemkab Padang Pariaman, dapat memberikan pembinaan kepada staf protokoler untuk lebih menghargai dan memahami tugas wartawan yang merupakan pilar penting dalam penyampaian informasi kepada masyarakat.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Pemkab Padang Pariaman terkait insiden tersebut. Namun, harapan besar disematkan agar insiden serupa tidak terulang kembali di masa mendatang, demi menjaga hubungan baik antara pemerintah dan media sebagai mitra dalam pembangunan bangsa.***

(Red)